Selasa, 14 Desember 2010




                                     LAPORAN AKHIR KAJI TERAP PUPUK BOKASHI







Oleh:
UPT Balai Penyuluhan
Kecamatan Ngajum
















PEMERINTAH KABUPATEN MALANG
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN
Jl. Raya Karang Duren No. 1 Pakisaji Malang 65162
TAHUN 2010





KATA PENGANTAR



          Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan Akhir Kaji Terap Pupuk Bokashi di Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang Tahun 2010 ”.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1.Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Malang
2.Ketua Kelompok tani Margosantoso beserta anggota Desa Ngajum Kecamatan
   Ngajum
3.Kepala Desa Ngajum Kecamatan Ngajum
4.Teman – teman Team Penyuluh UPT Balai Penyuluhan Kecamatan Ngajum
5.Serta semua pihak yang terkait dengan kegiatan tersebut yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu yang telah membantu kegiatan tersebut beserta penyusunan laporanya.
        Akhirnya semoga laporan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pertanggungjawaban tentang pelaksanaan Kaji Terap Pupuk Bokashi di Kelompok tani Margosantoso Desa Ngajum Kecamatan Ngajum.


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
BAB. II. MATERI DAN METODE
2.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan
2.2. Materi dan Metode
BAB. III.PELAKSANAAN
BAB. IV. PEMBAHASAN
BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN




BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
           Intensifikasi padi dengan asupan pupuk kimia dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu lama, serta kurangnya memperhatikan penggunaan bahan organik dalam sistem produksi padi sawah telah mengakibatkan terganggunya keseimbangan hara tanah yang berakibat terhadap penurunan kualitas sumberdaya lahan itu sendiri. Gejala ini terlihat dibeberapa wilayah sentra produksi padi yang ada di Kecamatan Ngajum, dimana terjadi pelandaian produktivitas, bahkan secara keseluruan pada beberapa tahun terakhir ini produksi padi cenderung melandai. Pelandaian produksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, terutama penggunaan pupuk yang sudah melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis (Adiningsih dan Soepartini, 1995).
Upaya untuk menanggulangi pelandaian produksi melalui pemupukan berimbang belum mampu mengatasi masalah tersebut, bahkan terjadi penurunan efisiensi pemupukan (Adiningsih, 1992 dalam Suhartatik dan Sismiyati, 2000). Bahkan adanya peningkatan penggunaan pupuk kimia telah menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan (Suhartatik dan Sismiyati, 2000). Salah satu indikator menurunnya kualitas sumberdaya lahan, khususnya sawah adalah menurunnya kandungan C organik tanah, kondisi lahan sawah yang sudah sekian lama diusahakan secara intensif dengan asupan agrokimia tinggi, telah mengalami semacam gejala sakit “ soil sickness”.
Agar tidak terjadi keadaan yang lebih buruk lagi, yang dapat mengganggu keberlanjutan sistem produksi padi sawah, maka perlu ditempuh upaya-upaya guna mengkonservasi dan merehabilitasi sumberdaya lahan yang ada. Model intensifikasi padi sawah dimasa mendatang sudah selayaknya untuk tidak bertumpu kepada penggunaan pupuk kimia guna mencapai target produksi, namun perlu difikirkan dan dikembangkan upaya-upaya untuk mengembalikan kesuburan lahan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah pemasyarakatan kembali penggunaan bahan organik pada usahatani padi sawah.
         Menurut Karama et al. (1990) dalam Suhartatik dan Sismiyati, 2000)
mengemukakan bahwa bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah yaitu; fungsi fisika yang dapat memperbaiki sifat fisika tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah; fungsi kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya sangga tanah dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan P; dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas jasad renik tanah. Mengingat begitu penting peranan bahan organik, maka penggunaannya pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun menjadi amat penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut.
         Salah satu bentuk pupuk organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk bokashi. Bokashi adalah suatu kata dalam bahasa Jepang yang berarti “bahan organik yang telah difermentasikan”. Pupuk bokashi dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik (dedak, ampas kelapa, tepung ikan, dsb) dengan EM (Efektive Microorganism). Biasanya bokashi ditemukan dalam bentuk serbuk atau butiran. Bokashi sudah digunakan para petani Jepang dalam perbaikan tanah secara tradisional untuk meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah dan meningkatkan persediaan unsur hara bagi tanaman. Secara tradisional bokashi dibuat dengan cara menfermentasikan bahan organic seperti dedak dengan tanah dari hutan atau gunung yang mengandung berbagai jenis mikro organisme.
         Pada prinsipnya, peranan pupuk bokashi hampir sama dengan pupuk organik lainnya seprti kompos, namun pada bokashi EM pengaruhnya dipercepat dengan adanya penambahan mikroorganisme efektif. Bokashi dapat digunakan 3 -14 hari setelah perlakuan (fermentasi). Bokashi dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman meskipun bahan organiknya belum terurai seperti pada kompos. Bila bokashi dimasukan kedalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai pakan oleh mikroorganisme efektif untuk berkembangbiak dalam tanah, sekaligus sebagai tambahan persediaan unsur hara bagi tanaman
EM yang digunakan dalam pembuatan bokashi sangat berguna sekali dalam perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, juga dapat menekan pertumbuhan hama dan penyakit yang merugikan tanaman. Dengan demikian penggunaan bokasi EM baik secara langsung maupun tidak, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi. Hal ini terbukti sekali dengan adanya perlakuan penggunaan pupuk bokashi terhadap lahan sawah pada tanaman padi yang dilaksananakan oleh UPT Balai Penyuluhan Kecamatan Ngajum.

1.2.Rumusan Masalah
“Sebagian besar lahan pertanian di Kecamatan Ngajum telah berubah menjadi lahan kurang sehat akibat pemakaian pupuk anorganik / kimia yang terlampau banyak secara terus menerus sehingga membuat unsure hara tanah semakin menurun serta produksi turun.. Langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan penggunaan pupuk bokashi untuk mengganti penggunaan pupuk anorganik / kimia pada tanah sawah. Penggunaan pupuk organic bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia , sehingga dosis pupuk & akibat pencemaran lingkungan yang disebabkan penggunaan pupuk kimia bisa dikurangi.”

1.3.Tujuan Kaji Terap
        Mempercepat proses adopsi inovasi teknologi penggunaan pupuk bokashi terhadap budidaya padi sawah melalui muatan inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan, memperbaiki lahan pertanian serta meningkatkan produksi padi.

1.4.Manfaat
        Petani berkeyakinan untuk menggunakan pupuk bokashi di lahan sawah pada budidaya tanaman padi karena mampu memperbaiki kondisi tanah sehingga produksi meningkat.

BAB. II. MATERI DAN METODE

2.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan
         Kegiatan Kaji Terap ini di laksanakan pada tanggal 07 September 2010 sampai dengan 15 Desember 2010 untuk tanaman padi sawah varitas Cibogo, dilaksanakan oleh Kelompok tani Margosantoso Desa Ngajum, lahan sawah milik Saji Santoso

2.2. Materi dan Metode
         Kajian penggunaan pupuk bokashi pada padi sawah telah dilakukan pada musim tanam MK 2010 seluas 0,5 Ha, di Kelompok tani Margosantoso Desa Ngajum, Kecamatan Ngajum. Jenis tanah lokasi penerapan adalah lahan sawah irigasi. Pengkajian menggunakan percobaan lapang dengan aplikasi pupuk bokashi sebagai berikut:
1. Pupuk bokashi bahan dasar kotoran sapi : 1 ton
2. NPK : 150 kg
3. Pupuk Urea : 100 kg
         Varietas padi yang digunakan adalah “Cibogo” yang ditanam satu bibit / lubang (single seedling) dengan bibit umur 15 hari dan jarak tanam 20 cm x 10 cm x 40 cm. Aplikasi pupuk NPK dilakukan pada 7 hari setelah tanam ½ dosis dan 15 hari setelah tanam ½ dosis. Pupuk Urea diberikan pada umur 15 hari setelah tanam ½ dosis bersama dengan pupuk Urea dan umur 30 hari setelah tanam ½ dosis. Pupuk bokashi diberikan sebelum tanam sesuai perlakuan,
Peubah yang diamati selama pengkajian meliputi, tinggi tanaman, jumlah malai / meter persegi, panjang malai, jumlah gabah isi / malai, berat 1000 butir, hasil gabah / plot serta hasil ubinan 2,5 X 2,5 M.

BAB. III. HASIL PELAKSANAAN


FOTO KEGIATAN








BAB. IV. PEMBAHASAN

BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
         Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada kaji terap ini dapat disimpulkan bahwa;
(1) Pemberian pupuk bokashi dengan takaran 2000 kg/ha dapat menghasilkan 8,8 ton/ ha.

Saran
         Mengingat keberadaan sebagian besar kandungan C organik tanah pada tanah-tanah sawah di Kecamatan Ngajum produksi padi yang rendah, maka dianjurkan memberikan pupuk bokashi untuk memperbaiki kesuburan tanah dalam rangka menciptakan usahatani padi sawah berkelanjutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar